SUFISME SEBAGAI AGEN STABILITAS SOSIAL DALAM KONTEKS PASCAKONFLIK
STUDI KASUS MESIR PASCA-ARAB SPRING
Keywords:
sufisme, stabilitas sosial, pascakonflik, Arab Spring, tarekat, MesirAbstract
Artikel ini mengkaji peran sufisme sebagai kekuatan sosial dalam membangun stabilitas pascakonflik di Mesir setelah peristiwa Arab Spring. Berangkat dari studi kualitatif berbasis telaah literatur dan pendekatan teori sosial, tulisan ini menempatkan tarekat sufi tidak hanya sebagai komunitas spiritual, tetapi juga sebagai aktor sosial yang aktif membentuk etika publik, menjaga kohesi sosial, dan merawat imajinasi kolektif keagamaan yang damai. Dalam situasi negara yang mengalami turbulensi politik dan disintegrasi sosial, tarekat hadir sebagai agen yang menawarkan ketenangan spiritual dan stabilitas sosial melalui praktik-praktik keagamaan yang inklusif dan anti-kekerasan. Dengan menelusuri relasi tarekat dengan negara, masyarakat sipil, serta simbolisme moral yang mereka bangun, artikel ini menyoroti bagaimana sufisme berfungsi sebagai religious soft power sekaligus modal sosial yang berkontribusi dalam proses rekonsiliasi pascakonflik. Temuan ini memperlihatkan bahwa tarekat dapat menjadi bagian dari solusi sosial, bukan sekadar warisan budaya atau relik spiritual masa lalu.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Muhammad Nur Hidayatulloh

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.